Saya memang bukan penulis yang handal, ya, memang saya akui itu. Saya tidak seperti kebanyakan mahasiswa, khususnya jurusan Sastra Indonesia, yang lain yang sangat produkti dalam hal tulis menulis, tetapi setidaknya blog yang saya buat ini sedikit menggugah hati saya untuk mencoba menulis, sambil sedikit-sedikit memperbaiki kualitas tulisan saya.
Bidang saya bukanlah cerpen, puisi, atau pun jurnalistik, tetapi bidang saya adalah sebuah kajian kontroversial. Memang terdengar aneh, namun itulah bidang tulis-menulis yang saya geluti mulai dari kelas 1 SMA hingga saat ini. Saya senang menulis sambil mencurahkan segenap emosi saya, mencoba membayangkan bahwa orang lain akan merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan saat menulis. Ya, saya adalah seorang yang kontroversial, yang senang mendapat cemoohan dari orang lain karena tulisan-tulisan saya yang mengusik “ketenangan” hidup mereka.
Dalam kesempatan ini saya ingin sekali berbagi sebuah ungkapan perasaan pribadi yang lucu dan menggelitik. Ah, bukan juga sebuah hal yang humoris, namun agak sedikit nyeleneh. Saya akan memulainya dengan hari. Selasa. Di hari itu entah mengapa perasaan saya tak menentu, gundah, dan aneh. Saya bangun seperti biasa, pukul 3.30 pagi, dan tak ada yang spesial di bangun pagi hari itu. Saya ingat bahwa hari ini saya ada janji dengan seseorang di stasiun UI, pukul 7 pagi. Terlalu lama jika harus saya ceritakan perjalanan saya dari pukul 3.30 sampai 7 pagi, jadi saya singkat saja. Sampailah saya di stasiun UI pukul 7.03. Saya pikir saya sangat terlambat, saya menunggu kawan yang hendak bertemu dengan saya itu di dekat penjual koran. 10 menit, 15 menit, tak saya lihat tanda-tanda kedatangannya. Akhirnya saya kirim pesan singkat padanya, dan dia menjawab “aku udah di kelas, maaf.” Kurang lebih seperti itulah. Hah, saya sedikit kesal mendengarnya. Namun tak ada hak untuk itu, tak ada niat juga untuk marah padanya. Akhirnya saya jalan ke kampus lagi-lagi dengan perasaan yang sangat tak menentu. Sebenarnya pagi hari itu, dia ingin memberikan sesuatu pada saya, sebuah bekal tepatnya. Hmm… jujur saya menolaknya, namun karena dibarengi perasaan tidak enak padanya, saya terima saya, yah, hitung-hitung lumayan untuk mengirit uang sarapan, hehehe. Saya mengirim pesan singkat lagi padanya, menanyakan tentang bagaimana caranya memberikan itu. Ah, terlalu panjang ceritanya. Intinya saja deh… :p
Dalam kejadian di hari Selasa itu, saya seperti mendapat seorang sahabat baru, yang entah mengapa sangat asyik untuk diajak mengobrol, padahal di hari itu secara meyakinkan, dia telah memberikan keterangan tentang dirinya seterang matahari, bahwa usia saya dan dia terpaut sangat jauh, dan dia sudah memiliki seorang anak. Hah, aneh saya ini, sebenarnya saya sudah tahu hal itu jauh sebelum dia member tahu secara terang-terangan, namun entah mengapa masih saja saya dekati dia, dan saya tertarik padanya, padahal, saya juga sudah memiliki wanita lain yang saya sukai juga. Akhirnya setelah saya meraba perasaan, benar bahwa saya ini kekurangan perhatian dari orang-orang yang lebih tua dari saya. Saya memiliki 3 oang kakak kandung, namun semuanya tidak pernah ada yang peka terhadap saya. Dari kakak kandung saya itu, saya cuma mendapat semacam formalitas perhatian tanpa saya mendapat perhatian yang tulus dengan penuh cinta. Justru dari orang lain saya mendapat perhatian, saya merasakan dekatnya seorang kakak bukan dari kakak kandung saya, melainkan dari orang lain yang baru saja saya kena empat bulan ini. Ya, saya memang butuh kasih saying orang yang lebih tua dari saya sebagai kakak, maka dari itu saya merasa nyaman dengannya. Ternyata batu seperti saya pun bisa merasakan perhatian dari orang yang memperhatikan saya. Saya yang selama ini hanya sibuk memperhatikan orang yang mungkin saya sayangi, merasa memiliki kakak baru yang lebih sayang kepada saya. Selama ini saya selalu mendapatkan cinta dan kasih sayang itu dari orang di luar rumah saya, dan saya menerima hal itu.
Depok, Mei 2010
Iseng Aja
Atqo Muhammad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: (+add yours?)
Posting Komentar