Jangan Kirimi Aku Bunga Lagi

1 komentar

Aku mendapat bunga hari ini

Meski hari ini bukan hari istimewa dan bukan hari ulangtahunku

Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar

Dan ia melontarkan kata-kata menyakitkan

Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena hari ini ia mengirimi aku bunga

Aku mendapat bunga hari ini

Ini bukan ulangtahun perkawinan kami atau hari istimewa kami

Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai mencekikku

Aku bangun dengan memar dan rasa sakit sekujur tubuhku

Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena ia mengirim bunga padaku hari ini

Aku mendapat bunga hari ini, Padahal hari ini bukanlah hari Ibu atau hari istimewa lain

Semalam ia memukul aku lagi, lebih keras dibanding waktu-waktu yang lalu

Aku takut padanya tetapi aku takut meningggalkannya

Aku tidak punya uang

Lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak-anakku?

Namun, aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam, karena hari ini ia kembali mengirimi aku bunga

Ada bunga untukku hari ini

Hari ini adalah hari istimewa... inilah hari pemakamanku

Ia menganiayaku sampai mati tadi malam

Kalau saja aku punya cukup keberanian dan kekuatan untuk meninggalkannya, aku tidak akan mendapat bunga lagi hari ini...



*untuk mereka yang senang menganiaya wanita

Ini Tentang.... Ironi!

0 komentar

Ah, selalu kumulai sebuah puisi dengan "ah"
Karena hati ini selalu lelah
Merasa bersalah
Tanpa mau mengalah

Ah, hanya mengeluh yang bisa kuucap
Untuk kalimat yang sering tak terucap

Ah, mulutmu mudah mengucap sesuatu yang ma'ruf
Namun hati dan kelakuanmu seakan menyebar kemungkaran
Menganggap sama pacaran dan ta'aruf
Mencari-cari segala pembenaran

Sungguh, dirimu adalah sebuah ironi
Jika kata itu tak memenuhi kaidah EYD, maka.....
Kau adalah seorang munafik ulung

Hitam kaubuat jadi abu-abu
Putih kauanggap hiasan

Bertaubatlah engkau selagi hidup


*untuk mereka yang selalu mencari pembenaran atas segala dosa yang nyata

Depok, 101010

Jagalah Terus Imanmu, Kawan

0 komentar

Kawan, engkau begitu perkasa dalam memvonis segala sesuatu yang berbau maksiat, dulu...

Kawan, engkau berkata dengan pedas dalam memvonis hal tersebut, dulu...


Kawan, tak ingatkah engkau akan hal itu?

Melupakan euforia nikmat iman dan semangat berdakwah yang menggebu?


Kawan, ke mana dirimu sekarang?

Kawan, adakah semangat dakwahmu telah luntur?


Oleh apa?


Kulihat status facebook-mu "in a relationship with "...."

Kulihat dinding facebook-mu "sayaannggg... I love you... dan bla bla bla..."


Kawan, ketika engkau menjadi tukang vonis dulu, apakah engkau pernah berpikir tentang dirimu?

Kawan, ketika engkau menggebu memusuhi tukang maksiat dulu, pernahkah engkau berkaca pada masa depanmu?


Kawan, dirimu terlalu sombong, merasa beriman, main vonis!

Kawan, lihatlah lawanmu di masa lalu, taubat dari maksiat.


Kawan, jagalah terus imanmu

Kawan, jangan jual imanmu dengan harga semurah "PACARAN"


Kawan, Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Allah selalu bersama kita, dan Allah menyertai kita.


*untuk pribadi-pribadi yang merasa bahwa imannya takkan pernah luntur dan untuk para algojo berwujud mubaligh.

Depok, 6 Oktober 2010