Aku mendapat bunga hari ini
Meski hari ini bukan hari istimewa dan bukan hari ulangtahunku
Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar
Dan ia melontarkan kata-kata menyakitkan
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena hari ini ia mengirimi aku bunga
Aku mendapat bunga hari ini
Ini bukan ulangtahun perkawinan kami atau hari istimewa kami
Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai mencekikku
Aku bangun dengan memar dan rasa sakit sekujur tubuhku
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena ia mengirim bunga padaku hari ini
Aku mendapat bunga hari ini, Padahal hari ini bukanlah hari Ibu atau hari istimewa lain
Semalam ia memukul aku lagi, lebih keras dibanding waktu-waktu yang lalu
Aku takut padanya tetapi aku takut meningggalkannya
Aku tidak punya uang
Lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak-anakku?
Namun, aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam, karena hari ini ia kembali mengirimi aku bunga
Ada bunga untukku hari ini
Hari ini adalah hari istimewa... inilah hari pemakamanku
Ia menganiayaku sampai mati tadi malam
Kalau saja aku punya cukup keberanian dan kekuatan untuk meninggalkannya, aku tidak akan mendapat bunga lagi hari ini...
*untuk mereka yang senang menganiaya wanita
Jangan Kirimi Aku Bunga Lagi
Ini Tentang.... Ironi!
Ah, selalu kumulai sebuah puisi dengan "ah"
Karena hati ini selalu lelah
Merasa bersalah
Tanpa mau mengalah
Ah, hanya mengeluh yang bisa kuucap
Untuk kalimat yang sering tak terucap
Ah, mulutmu mudah mengucap sesuatu yang ma'ruf
Namun hati dan kelakuanmu seakan menyebar kemungkaran
Menganggap sama pacaran dan ta'aruf
Mencari-cari segala pembenaran
Sungguh, dirimu adalah sebuah ironi
Jika kata itu tak memenuhi kaidah EYD, maka.....
Kau adalah seorang munafik ulung
Hitam kaubuat jadi abu-abu
Putih kauanggap hiasan
Bertaubatlah engkau selagi hidup
*untuk mereka yang selalu mencari pembenaran atas segala dosa yang nyata
Depok, 101010
Jagalah Terus Imanmu, Kawan
Kawan, engkau begitu perkasa dalam memvonis segala sesuatu yang berbau maksiat, dulu...
Kawan, engkau berkata dengan pedas dalam memvonis hal tersebut, dulu...
Kawan, tak ingatkah engkau akan hal itu?
Melupakan euforia nikmat iman dan semangat berdakwah yang menggebu?
Kawan, ke mana dirimu sekarang?
Kawan, adakah semangat dakwahmu telah luntur?
Oleh apa?
Kulihat status facebook-mu "in a relationship with "...."
Kulihat dinding facebook-mu "sayaannggg... I love you... dan bla bla bla..."
Kawan, ketika engkau menjadi tukang vonis dulu, apakah engkau pernah berpikir tentang dirimu?
Kawan, ketika engkau menggebu memusuhi tukang maksiat dulu, pernahkah engkau berkaca pada masa depanmu?
Kawan, dirimu terlalu sombong, merasa beriman, main vonis!
Kawan, lihatlah lawanmu di masa lalu, taubat dari maksiat.
Kawan, jagalah terus imanmu
Kawan, jangan jual imanmu dengan harga semurah "PACARAN"
Kawan, Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Allah selalu bersama kita, dan Allah menyertai kita.
*untuk pribadi-pribadi yang merasa bahwa imannya takkan pernah luntur dan untuk para algojo berwujud mubaligh.
Depok, 6 Oktober 2010