UNTUK RISMA SMANSA

Barangkali ini hanya pemikiran subjektif saja, tak penting, dan terkesan emosional. Mengapa? Padahal ini adalah hal penting, faktual, dan tentu saja harus disampaikan walau dengan urat leher yang menonjol keras. Bahwa saya kecewa, itu adalah hal biasa yang tak pantas lagi diributkan. Kecewa dalam segala hal. Kecewa tatkala saya melihat sebuah kemunafikkan yang tersebar luas di dunia maya, tanpa adanya batasan lagi antara malu, dan masa lalu. Ya, malu sudah terkesan putus dari leher mereka, dan masa lalu bisa jadi bukan bagian dari diri mereka.

Masih jelas dalam ingatan saya, dan masih berdengung dalam gendang telinga saya saat dulu seorang "akhwat" dengan entengnya menyebut saya seorang munafik. Berkacalah atas apa yang sudah kau katakan wahai "ukhti"! Bukankah Rasulullah sendiri mengatakan seseorang yang hari esoknya lebih baik itu adalah yang beruntung? Kau mengatakan itu dulu, tanpa memikirkan bahwa manusia bisa berubah, dan apakah kau tak menyadari, kau sekarang menjadi lebih munafik daripada saya di masa lalu, dan beruntungnya saya daripada kau adalah saya telah mendapatkan hidayah itu, ketimbang kau yang melepas hidayah itu.

Sulit dimengerti memang jika melihat bagaimana semangatnya para aktivis dakwah sekolah yang dulu terlihat keren dengan kebiasaan nongkrong di musala, baca alquran, celana ngatung, dan kalau bicara pakai "ane-ente-akhi-afwan-syukron, dll." Baca alquran? Ya, masih jelas dalam ingatan, bagaiamana musala menjadi ramai dengan lantunan ayat-ayat suci alquran yang keluar dari mulut-mulut mereka itu. Adakah satu ayat saja dalam alquran yang memerintahkan mereka mengubah kebiasaan mereka menjadi lebih buruk? Sekarang buktinya mereka berubah menjadi lebih buruk dari dulu. Lalu apa yang mereka baca waktu itu jika alquran tidak mengajarkan seperti itu?

Kawan, saya menulis ini bukan tanpa bukti. Banyak kawan yang waktu SMA satu perjuangan dalam menegakkan kebenaran yang sesuai alquran, malah terjebak dalam hal yang dia larang dulu. Ada yang berpacaran, padahal dulunya benci melihat orang-orang pacaran, ada yang mengubah jilbabnya dari yang tadinya lebar dan tertutup menjadi kerudung kecil, transparan, ketat, dan bercelana jeans. Padahal dulu dia menggembor-gemborkan untuk memakai jilbab dengan benar kepada teman seangkatan, adik kelas, bahkan kakak kelas, dan tidak jarang mereka berbisik-bisik menjelekkan orang-orang yang tidak berkerudung atau yang berkerudung kecil. Masya Allah... Semoga saya selalu berada dalam naungannya walaupun sedikit-sedikit selalu jatuh dan futur, tetapi semua itu adalah dinamika kehidupan beragama. Bukankah semua itu ujian agar kita menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya? Ujian keimanan yang bisa saja menjatuhkannya ke dalam lembah kenistaan dan degradasi moral, atau justru menjadi titik balik seorang untuk menjadi ahli syurga yang untuk memasukinya mereka tidak perlu menunggu hisab. Semoga keridhoan Allah selalu menyertai orang-orang yang istiqomah.

Wallahua'alam.


Didedikasikan untuk Remaja Islam Musala Al-Hidayah SMANSA-ku yang kucintai.
Hilangkanlah kemunafikkan itu dari wajah islam.

Depok, 16 Maret 2010

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar